Danbiss.net – Iga Swiatek dari Polandia kembali menorehkan prestasi gemilang di turnamen tenis Prancis Terbuka (Roland Garros). Petenis berusia 23 tahun itu dengan telak mengalahkan Jasmine Paolini dari Italia dengan skor 6-2, 6-1 di final, dan mengamankan gelar juara Roland Garros ketiganya secara beruntun.
Kemenangan ini juga merupakan gelar Grand Slam kelima bagi Iga Swiatek yang saat ini menduduki peringkat pertama dunia. Sebelumnya, ia telah menjuarai Prancis Terbuka tiga kali dan US Open satu kali.
Swiatek menunjukkan dominasinya di lapangan tanah liat Roland Garros dengan permainan agresif dan konsisten. Paolini, yang tampil di final Grand Slam pertamanya, tidak mampu memberikan perlawanan berarti dan harus mengakui keunggulan Swiatek dalam waktu hanya 68 menit.
Prestasi luar biasa Swiatek ini menempatkannya sejajar dengan legenda tenis seperti Justine Henin, Chris Evert, dan Steffi Graf yang telah meraih empat gelar juara di Prancis Terbuka. Selain itu, ia juga menjadi petenis putri ketiga dalam era Open yang mampu memenangkan turnamen ini tiga tahun berturut-turut.
“Rasanya luar biasa bisa berada di sini lagi. Saya suka tempat ini. Jujur saja, saya selalu menantikan untuk kembali ke sini setiap tahunnya,” ujar Swiatek setelah mengangkat trofi Suzanne Lenglen.
“Turnamen ini sangat emosional bagi saya. Hampir saja saya tersingkir di putaran kedua, jadi terima kasih kepada kalian semua yang tetap mendukung dan menyemangati saya,” tambahnya.
Swiatek juga tidak lupa memberikan selamat kepada Paolini atas pencapaiannya yang luar biasa di Roland Garros tahun ini. Paolini berhasil melaju ke final di nomor tunggal dan ganda putri, sebuah prestasi yang patut diacungi jempol.
“Selamat atas turnamen yang luar biasa, Jasmine. Saya yakin kita akan bertemu lagi di banyak pertandingan final lainnya. Dan selamat juga untuk tim kamu,” kata Swiatek sambil mendoakan semoga Paolini meraih kesuksesan di final ganda putri yang akan berlangsung pada hari Minggu.
Bagi Paolini, kekalahan di final tunggal ini tentu mengecewakan. Namun, petenis berusia 28 tahun itu tetap bisa berbangga dengan penampilannya yang gemilang sepanjang turnamen. Ia berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing di level tertinggi tenis dunia.
Paolini memulai musim ini dengan sangat baik. Ia berhasil melaju ke putaran keempat Australia Terbuka, sebuah prestasi yang belum pernah ia capai sebelumnya di turnamen Grand Slam.
Meski gagal mengikuti jejak Francesca Schiavone, petenis Italia yang memenangkan Prancis Terbuka pada tahun 2010, Paolini masih memiliki peluang untuk meraih gelar juara di nomor ganda putri bersama pasangannya, Sara Errani.
Perjalanan Paolini di Roland Garros tahun ini menjadi bukti bahwa transformasinya sebagai seorang petenis sangatlah signifikan. Ia berhasil menghilangkan keraguan dalam dirinya dan menunjukkan bahwa ia mampu mengalahkan petenis-petenis terbaik dunia.
Namun, tantangan terbesar di Prancis Terbuka tahun ini adalah menghadapi Iga Swiatek yang belum terkalahkan di Roland Garros sejak tahun 2021.
“Saya rasa bermain melawanmu di sini adalah tantangan terberat dalam olahraga ini,” ujar Paolini kepada Swiatek.
“Sudah sekitar 15 hari, atau mungkin lebih, saya berada di sini. Ini adalah hari-hari terbaik dalam hidup saya. Dan masih akan berlanjut karena saya akan bermain di final ganda putri besok,” tambahnya.
“15 hari ini sangat intens, dan saya sangat bahagia. Saya bangga dengan tim saya yang telah membawa saya sampai di sini. Hari ini memang sangat sulit, tapi saya tetap bangga pada diri saya sendiri,” tutup Paolini.